Dadang Harianto, Ketua Rayon PMII Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone. (Foto: Istimewa) |
Di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat telah melahirkan berbagai tuntutan pada organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang lahir pada tangal 17 april 1960 yang kini telah memiliki ratusan cabang yang tersebar diseluruh Provinsi di Indonesia, bahkan sampai ke luar Negeri.
Begitu pula degan salah satu cabang yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu PMII Cabang Bone.
PMII Cabang Bone merupakan salah satu Cabang yang memiliki kuantitas kader yang terbilang banyak dan dibarengi dengan kualitas kader yang berkompeten di komisariat masing-masing. Hal ini dibuktikan dengan terlaksananya berbagai macam kegiatan-kegiatan baik secara formal, non formal maupun informal.
Di setiap tahunnya Komisariat mampu mengkader ribuan anggota hanya dengan beberapa kali masa penerimaan anggota baru (MAPABA) dan juga mampu melaksanakan berbagai macam kegiatan-kegiatan yang menjadi penentu kualitas kader-kader.
Kegiatan yang sering dilaksanakan tidak terkesan monoton, sebagaimana kegiatan yang sering terlaksana di cabang lain.
Dalam artian kader-kader PMII Cabang Bone mampu melakukan terobosan baru, baik kegiatan berskala mikro sampai yang berskala makro.
Mulai dari metode diskusi yang diperbaharui disesuaikan dengan tipologi-tipologi kader yang ada di masing-masing komisariat yang ada di PMII Cabang Bone dan dilaksanakan setiap hari, pelatihan yang rutin dilaksanakan setiap bulan baik itu pelatihan yang bersifat formal dan non formal dan informal, hingga kegiatan yang melibatkan kader, masyarakat sampai dengan pemerintah dalam satu item kegitan.
Progresivitas dan mutu kaderisasi yang dimiliki PMII Cabang Bone tidaklah sampai disitu saja, dengan basis massa dan keaktifan kader-kader yang dimiliki telah mendorong PMII Cabang Bone mampu survive lebih dari dua dekade dengan penguasaan lining sektor utamanya pada Kampus yang ada di Kabupaten Bone dan tentu tidak melupakan dan senantiasa melakukan penyebaran paham Islam Ahlussunnah Wal Jamaah yang menjadi Ideologi organisasi.
Bagaimana tidak PMII Cabang Bone bisa menjadi seperti sekarang ini, dengan pola kaderisasi yang dimiliki. Ditambah lagi dengan Komisariat yang mampu dan telah mendirikan beberapa Lembaga Semi Otonom (LSO), contohnya saja Kelompok Pecinta Alam Sahabat (KPAS) PMII Komisariat IAIN Bone yang bergerak dibidang kepecinta alaman dan Sanggar Seni Perisai Biru PMII (SANG PRIBUMI) yang bergerak dibidang kesenian yang telah berdiri lebih dari satu dekade terakhir.
Dengan demikian, tidakkah telah menggambarkan sedikit potret dari progsivitas kualitas dan kuantitas kader yang dimiliki PMII Cabang Bone, begitu pula dengan mutu dari pola kaderisasi yang diterapkan? Tentu jawabannya iyya.
Beranjak dari situ, terlahir sebagai salah satu cabang yang berada dibawah naungan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dan Pengurus Besar PB PMII, tentu membutuhkan bimbingan dan respon positif dari Pengurus Besar (PB) PMII dan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan atas kreasi dan keaktifan PMII Cabang Bone meskipun telah menjadi cabang yang terbilang besar.
Karena kenapa, mau seperti dan bagimanapun itu PMII Cabang Bone tetaplah merupakan bagian dari Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dan Pengurus Besar PB PMII dan menjadi penanggung jawab atas apa yang telah, sedang dan akan dikreasikan oleh PMII Cabang Bone.
Akan tetapi, ketika melihat realitas dengan berbagai macam problematika yang terjadi sekarang, Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dan Pengurus Besar PB PMII seakan-akan lari dari tugas dan tanggung jawab atas problem yg terjadi.
Seakan akan acuh tak acuh atas apa yang menjadi kebutuhan PMII Cabang Bone yang hanya bisa didapatkan dari Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dan Pengurus Besar PB PMII itu sendiri.
Hal tersebut membuat PMII Cabang Bone merasa sangat kecewa kepada Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dan Pengurus Besar PB PMII.
Bagaimana tidak PMII Cabang Bone tidak merasa kecewa, sebagai salah satu cabang yang telah berusaha keras survive untuk mengembangkan organisasi malah di acuhkan, terlebih oleh Pengurus Koordinator Cabang (PKC). Hal itu dibuktikan dengan salah satu problem yang dimiliki oleh PMII Cabang Bone, sebut saja problem terkait SK kepengurusan PMII Cabang Bone yang sampai pada detik ini belum dikeluarkan dalam kurung waktu 2 tahun lebih. Entah apa yang terjadi di internal struktural Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Provinsi sulawesi Selatan dengan Pengurus Besar (PB) PMII.
Entah siapa yang sebenarnya harus menyelesaikan ini. Apakah Pengurus Koordinator Cabang (PKC) karena telah diberikan intruksi oleh Pengurus Besar (PB) PMII untuk melakukan karateker sebanyak tiga kali tapi sampai detik ini sama sekali tidak di indahkan, dan ketika ditanya oleh Pengurus Cabang (PC) Bone terkait SK, malah mengatakan silahkan kordinasi dengan Pengurus Besar (PB) PMII.
Akan tetapi ketika Penguru Besar (PB) PMII yang ditanya malah mengatakan silahkan kordinasi kepada Pengurus Koordinator Cabang (PKC) di daerahnya.
Hal itu mengindikasikan bahwa tidak ada yang mau bertanggung jawab tarhadap problem SK tersebut. Jadi tidak heran ketika PMII Cabang Bone merasa kecewa.
Ketika seperti ini terus kapan internal struktural di wilayah Sulawesi Selatan menjadi teratur. Apalagi melihat momen kongres yang dalam waktu dekat ini akan diselenggarakan dan juga ketika melihat beberapa kandidat ketua umum PB PMII ada yang merupakan demisioner ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Sulawesi Selatan periode kemarin.
Sungguh sebuah keberaniaan yang patut diacungi jempol dengan masalah internal yang ada.
Bagaimana caranya mencetak pemimpin dari Sulawesi Selatan untuk Nasional, sementara masih terdapat problem yang belum terselesaikan dan masih banyak potensi-potensi yang terabaikan di internalnya sendiri, kan lucu.
Hal ini seperti orang yang mengaku kader akan tetapi tidak pernah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA). Belum lagi dengan cabang lain yang bernasib sama dan juga berasal dari Sulawesi Selatan.
Dari semua hal diatas sepatutunya kita bisa paham dan tak lagi memberikan tongkat estafet kepemimpinan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kepada orang yang hanya menggunakan SK Cabang sebagai alat bargaining.
Penulis:
Dadang Harianto
Ketua Rayon PMII Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone.