![]() |
Hotman Paris Hutapea memberi keterangan saat bertemu keluarga, Aldama Putra di Kedai Kopi Johny. |
Hotman Paris Hutapea bertemu langsung dengan perwakilan keluarga Aldama yang jauh-jauh terbang ke Jakarta untuk menemui sang pengacara miliaran tersebut di Kedai Kopi Johny.
"Kepada bapak Menteri Perhubungan dan Kapolda Sulsel, ini dua paman dari Aldama Putra siswa ATKP Makassar yang dianiaya seniornya datang jauh-jauh ke Kopi Jhony untuk minta penanganan kasus ini. Waktu bapak korban ke rumah sakit pihak ATKP menyampaikan bahwa anaknya tewas terjatuh di WC padahal terdapat luka disekujur tubuhnya," kata Hotman sambil menunjuk camera saat direkam.
Hotman kemudian memperdalam informasi dengan menanyakan kronologi pemukulan sehingga korban tewas kepaman korban.
"Pak Menteri Perhubungan dan Kapolda Sulsel, katanya, korban dibawa ke kamar seniornya kemudian dianiaya. Di dalam kamar itu, ada 10 orang seniornya, kenapa hanya satu yang tersangka?, " tanya Hotman.
Pelda Daniel tidak pernah menyangka sambungan telepon dari pihak Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Kota Makassar untuk menyampaikan kabar duka.
Pelda Daniel menceritakan, awalnya dia menerima sambungan telepon seluler dari pengasuh anaknya, Aldama Putra dan menyampaikan bahwa anaknya masuk rumah sakit setelah terjatuh di kamar mandi.
Mendapat informasi bahwa sang anak mengalami musibah pada dini hari, Pelda Daniel pun mendatangi rumah sakit yang dimaksud dengan tujuan ingin menjenguk anaknya.
"Saya ditelpon malam-malam oleh pengasuh anak saya di ATKP, dan disampaikan bahwa anak saya masuk rumah sakit. Dan diminta merapat ke RS Sayang Rakyat karena anak saya jatuh. Karena jatuh dalam pikiran saya pikir hanya patah tulang atau luka ringan biasa. Pas tiba (di RS Sayang Rakyat) saya disambut pelukan dan berkata, bapak yang sabar yah... kami sudah berusaha tapi apa daya, disitulah saya langsung seperti tidak bisa berkata-kata lagi karena dipikiran saya anak saya sudah meninggal," kisah Pelda Daniel.
Pelda Daniel langsung syok mendengar bahwa anaknya sudah tiada. Meski begitu sebagai anggota TNI AU Pelda Daniel berusaha menahan diri.
"Setelah diberi air putih saya minta untuk melihat langsung anak saya. Kemudian pengasuh mengantar ke UGD," tambahnya.
Saat membuka selimut yang menutupi wajah anaknya, Pelda Daniel langsung menaruh curiga terkait anaknya meninggal tak wajar.
"Saya buka kainnya, saya lihat wajahnya banyak luka-lukanya di kepalanya, di pelipis dan di bawah matanya
"Saya berbalik bertanya, anak saya ini mati karena apa. Dari ATKP, pengasuhnya itu bilang anak saya jatuh di kamar mandi. Namun saya rasa ada yang ditutupi, saya tau betul lukanya bekas penganiayaan," terang Daniel.
Dugaan, Pelda Daniel terkait penyebab anaknya meninggal rupanya betul adanya. Seorang pelaku bernama, Muh. Rusdi (21) yang tak lain senior korban di ATKP telah ditetapkan tersangka. Menurut, keterangan polisi penganiayaan terhadap korban dipicu hal sepele yakni dia ditemukan seniornya berkendara tanpa memakai helm.
"Saya mohon pihak terkait yang berkecimpung di persoalan ini agar dapat menuntaskan kasus ini dan menghukum seberat-beratnya pelaku itu," harap, Pelda Daniel.
Pelda Daniel menduga, pelaku penganiaya anaknya bukan hanya seorang. Ia pun berharap, jika masih ada pelaku lainnya yang terlibat dalam kematian putranya itu, agar dapat segera ditangkap.
"Kalau bisa dikembangkan pak, pokoknya saya harap kasus ini diusut sampai tuntas," tegas Daniel.
Editor: Ali Sera