![]() |
Keluarga Aipda Arham saat masih di rumah sakit Kabupaten Bulukumba (Foto: Dok. Istimewa) |
TIMURKOTA.COM, SINJAI- Pihak Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Selatan telah memberi penjelasan terkait dengan kronologi Aipda Arham anggota Polres Sinjai yang meninggal dunia karena diduga bunuh diri.
Namun banyak keluarga dan kolega yang merupakan warga sipil belum percaya sepenuhnya bahwa Aipda Arham bunuh diri. Mereka tetap menunggu dan berharap ada transparansi terkait dengan kematian yang dinilai tak wajar.
"Bukan kami tidak percaya, namun dari pernyataan pihak BNNP mengatakan bahwa pak Arham ini mantan anggotanya. Bahkan yang menangkap adalah lettingnya, tapi kok dibiarkan duduk sendiri di kursi belakang, cuman ini asumsi saya saja," ungkap salah seorang kolega, Aipda Arham.
Ia mengatakan, banyak yang penasaran dan bahkan tidak percaya Aipda Arham bunuh diri pasalnya selama ini dikenal sebagai anggota polisi yang baik dan bermasyarakat.
"Salah seorang anggota polisi yang bagi kami sangat merakyat. Almarhum ini lebih banyak teman dari kalangan warga biasa, bagi kami tidak wajar jika bunuh diri. Makanya publik menunggu hasil penyelidikan," ungkapnya.
Kolega lain, Muhammad Dahlan mengatakan, bahwa yang dibutuhkan saat sekarang adalah transparansi dalam melakukan penyelidikan terkait kemarin Aipda Arham.
"Mulai dari proses dugaan minum cairan pembersih kaca mobil. Hingga di bawah ke rumah sakit. Bahkan ada juga info kalau ada luka lebam, tapi itu belum jelas. Makanya kita tunggu apa hasil dari dokter," terangnya.
Informasi yang berkembang, Arham meninggal dunia setelah menenggak cairan pembersih kaca mobil saat dalam perjalanan.
Namun informasi itu belum sepenuhnya bisa diterima dan dipercaya begitu saja oleh pihak keluarga.
Khususnya istri almarhum, Andi Tenri. Bahkan setiba di rumah sakit dirinya melampiaskan amarah dengan meminta penjelasan kronologi suaminya meninggal dunia.
"Suamiku dikepung, betul-betul dih, baru tidak ada informasi (kronologis kejadian) ke saya. saya tidak terima (peristiwa ini)," tukasnya.
Andi Tenri juga mempertanyakan siapa yang membawa suaminya hingga ke rumah sakit dalam keadaan kritis.
"Siapa yang bawa ini pak, dimana dibawa, minta maafka dih Saya sangat tegas begini, Saya tidak mau dimain-maini seperti ini pak, suamiku dikepung," ungkapnya.
Andi Tenri beberapa kali menunjukkan sikap tak terima atas perlakuan dialami sang suami mulai saat diamankan sampai mendapat kabar bahwa sedang berada di rumah sakit.
Terkait dengan peristiwa tersebut, BNNP Sulawesi Selatan memilih irit bicara.
Kepala Bidang Pemberantasan BNNP Sulsel, Kombes Pol Ardiansyah kepada awak media memastikan bahwa Aipda Arham murni melakukan aksi bunuh diri saat dalam perjalanan dari Sinjai menuju Kota Makassar.
Dia menceritakan bahwa saat menumpangi mobil pribadi milik anggota BNNP Sulsel. Aipda Arham dalam keadaan diborgol ditempatkan di kursi paling belakang.
Tanpa ada yang menyadari dia secara diam-diam menenggak cairan pencuci kaca mobil. Setelah muntah baru diketahui bahwa dia telah meminum cairan yang tersimpan dikantong kursi mobil tersebut.
"Saya yang memimpin langsung penangkapan. Awalnya ada pelaku yang kita amankan dan menyampaikan bahwa sabu dia beli dari Aipda Arham," ungkapnya.
Selanjutnya, BNNP melakukan pengembangan dengan menggerebek Aipda Arham di rumahnya. Dalam melakukan penangkapan beberapa barang bukti diamankan seperti plastik bening yang kosong.
"Dari keterangan Aipda Arham kami mendapat informasi terkait dengan pelaku yang menyerahkan sabu tersebut. Kami melakukan pengembangan selama dua hari dan menitipkan Aipda Arham ke Polres Sinjai," ungkapnya lagi.
Usai melakukan pengembangan BNNP menjemput Aipda Arham lalu kemudian akan dibawa ke Makassar untuk proses hukum lebih lanjut.
"Dalam perjalanan itulah terjadi dimana meminum cairan pembersih kaca mobil. Untuk penangkapan sendiri saya pernah bertugas di Sinjai dan Arham adalah anak buah saya waktu itu. Kemudian yang menangkap rata-rata lettingnya dan bahkan sempat berbincang," tutupnya.