Iklan

Pilpres telah Usai: yang Menang Merayakan dan yang Kalah Menjelaskan !!!

tim redaksi timurkotacom
Minggu, Februari 25, 2024 | 6:25 PM WIB Last Updated 2024-02-25T11:25:56Z

Oleh: Dr. Rendra Anggoro


Pagelaran pesta demokrasi tahun 2024 telah usai, Para Caleg dan Capres telah usai dalam pertarungannya merebut suara rakyat. Dalam Pemilu ini yang paling trending topic adalah Pemilihan Presiden, di mana sebelum pencoblosan pada 14 februari 2024 silam, masing-masing pendukung dari capres meyakini bahwa calonnyalah yang menang. Begitu banyak narasi saling menyerang antar pendukung capres demi meyakinkan para pemilih untuk memilih pasangan capres dan cawapres yang diunggulkan.

Tidak sedikit yang menggunakan narasi propaganda yang menyudutkan pasangan capres dan cawapres yang dianggap kompetitor/saingannya demi merebut suara untuk memenangkan capres dan cawapres pilihannya dan kejadian ini tentu bukan hal yang baru dikalangan akar rumput.

Dan yang paling mengejutkan adalah bahkan kalangan akademisi sekalipun itu sudah terkontaminasi dengan kebiasaan-kebiasaan non-edukatif dalam menanggapi atau merespon dinamika perpolitikan ini, dan kejadian ini kita sangat sulit membedakan narasi akar rumput dengan narasi dari kalangan akademisi (oknum).

Seperti yang kita ketahui bahwa perang opini terkait pilpres itu pada umumnya terjadi dikalangan non-akademis sehingga kehadiran akademisi seharusnya menjadi pioner filterisasi narasi propaganda dikalangan akar rumput, sebagai sumbang fikir untuk merekatkan persatuan sesama anak bangsa bukan malah hadir sebagai peretak hubungan antar anak bangsa dengan turut serta membangun opini-opini propaganda untuk saling membenci atau menghujat capres dan cawapres yang bukan bagian dari pilihannya.

Tidak sampai di situ, bahkan di kalangan tokoh-tokoh agama (oknum) sekalipun turut serta untuk menjadi bagian dari peretak persatuan anak bangsa dengan cara melontarkan narasi-narasi yang menyesatkan seperti: “kalau tidak memilih pasangan dari nomor urut sekian maka masuk neraka dan keislamannya dipertanyakan”. Hal-hal seperti inilah yang kemudian dianggap menyesatkan ummat dengan fatwah-fatwah yang nyeleneh. 

Politik Identitas itu sangat buruk untuk kemajuan bangsa dan agama, itu disebabkan karena kita sangat ambisius terhadap kekuasaan dunia tapi menggunakan agama yang tentu kita tau bersama bahwa itu sesuatu yang suci namun digunakan sebagai alat untuk meraup keuntungan duniawi yaitu kekuasaan semata. Tentu hal ini sangat tidak sehat bagi kehidupan berdemokrasi di Negara kita ini. 

Namun seperti itulah realitanya, sebab dalam perpolitikan hanya ada dua pilihan yaitu menang atau kalah !!! Tentu semua calon mengeluarkan semua tenaga, pikiran, dan semua jurus-jurus yang paling jitunya untuk merebut kekuasaan. 

Tidak ada dari satu calonpun yang tidak berorientasi pada kekuasaan. Maka dari itu tentulah benar bahwa politik itu sebagai seni adu strategi dan taktik merebut kekuasaan yang berlandaskan logika bukan perasaan.

Terakhir, harapan kita bersama adalah terwujudnya persatuan dan kesatuan antara anak bangsa dengan cara lapangdada menerima hasil dari pagelaran pesta demokrasi ini, baik dari hasil pileg maupun pilpres, terimalah kekalahan dengan sabar dan tabah dan terimalah kemenangan dengan bijaksana. 

Karena pileg dan pilpres telah usai maka kembalilah bersatu tanpa harus saling menyimpan dendam karena beda pilihan. 

Politik itu hanya sebagai ajang adu strategi dan taktik merebut kekuasaan bukan sebagai sarana bercerai-berainya persatuan antar anak bangsa.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pilpres telah Usai: yang Menang Merayakan dan yang Kalah Menjelaskan !!!

Jangan lupa ikuti kami di


Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }