Iklan

Orangtua Sulit Mendidik dan Mengawasi Anak Agar Terhindar dari Pergaulan Bebas, Ini Solusi dari Ustadz Muhammad Yusuf Patut Diamalkan

tim redaksi timurkotacom
Jumat, Desember 02, 2022 | 7:24 AM WIB Last Updated 2022-12-02T00:24:25Z

Wiwink-Pendidikan, Jumat 2 Desember 07:15 WIB

Ustadz Muhammad Yusuf S.Sos, M.A 

TIMURKOTA.COM, MAKASSAR- Salah satu cara agar dapat membesarkan anak soleh dan solehah yakni mengawasi mereka agar terhindar dari pergaulan bebas yang berujung para perilaku menyimpan akibat pengaruh negatif lingkungan.


Menurutnya, ada budaya yang perlu dilestarikan orang tua kemudian ditularkan kepada anak agar diamalkan dan ketika itu mampu dijalankan dengan baik, maka anak tak lagi butuh pengawasan karena ia mampu pengawasi dirinya.

"Kalau mentransfer ilmu sebenarnya dapat dilakukan kepada anak dengan metode pembelajaran di bangku sekolah. Tetapi ketika yang kita mau ajarkan adalah adab itu memerlukan waktu yang cukup lama," ungkap Ustadz Muhammad Yusuf S.Sos, M.A dikutif dari ceramah berjudul kunci sukses mendidik anak.

Ketua NU Kabupaten Sidrap ini melanjutkan, dari segi ilmu saat ini perkembangan dan daya tangkap anak mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Namun, ilmu dan pengetahuan mereka tidak didukung dengan ahlak dan kepribadian mulia.

"Menurutnya kepribadian anak sangat bergantung pada orang tua. Ketika orang tuanya tidak mencerminkan sosok yang patut jadi teladan. Maka tentu anak juga akan membutuhkan proses cukup panjang untuk menemukan jati dirinya," terangnya.

Ia kemudian membandingkan antara karir anak yang berprestasi di sekolah dengan siswa selalu disebut nakal. Menurutnya, ada beberapa fakta hasilnya berbanding terbalik.

"Kenapa berbanding terbalik, saya kasih contoh anak rangking satu di sekolah terkadang tak punya pekerjaan setelah tamat sekolah. Kemudian ada anak lain ketika di bangku sekolah nakalnya minta ampun, namun setelah tamat dia jadi polisi, TNI dan bahkan jadi Anggota dewan," tukasnya.

Ini menjadi bukti kata dia, bahwa ada doa dari pihak orang tua dan guru yang terkabulkan sehingga anak yang dianggap nakal mampu merubah nasibnya menjadi manusia berpretasi.

"Kenapa demikian, karena biasanya nama siswa yang nakal itu selalu muncul dalam doa gurunya. Mereka didoakan di akhir sujud, untuk berubah dan menjadi generasi penerus bangsa," lanjut dia.

Berikut empat hal perlu diperhatikan dalam mendidik anak:

1. Bimbing Anak untuk selalu berudu

Menurutnya, ketik anak hendak ke sekolah maka perlu diingatkan untuk berudu. Sehingga ia akan berusaha untuk tetap suci karena dia telah berudu.

2. Dekatkan Diri Kepada Anak

Mendekatkan diri kepada anak kenurut, Ustadz Muhammad Yusuf bukan hanya memberi uang jajan. Melainkan di setiap ingin ke sekolah maka sentuh dan elus-elus kepala anak.

3. Ikhlas Dalam Mendidik Anak

Orang tua dan guru menurutnya harus ikhlas dalam mendidik anak. Muhammad Yusuf bahkan meminta kepada orang tua dan guru untuk mendidik anak bukan hanya semata mengejar prestasi kepintaran semata.

"Kemudian apa yang perlu dilakukan, selaku orang tua dan guru hendaknya berdoa meminta petunjuk kepada Allah SWT. Agar hati dan pikiran anak terbuka untuk menatap masa depan," ungkapnya.

4. Deteksi Bakat Anak

Hal yang paling sering terjadi dalam dunia pendidikan menurut Ustadz Muhammad Yusuf adalah ketidak mampuan orang tua dan guru mendeteksi bakat anak.

"Perlu dideteksi, kemauan dan bakat anak. Sehingga ketika punya minat olahraga maka bisa dimasukkan dalam sekolah olahraga. Begitu juga kesenian dan lain-lain, namun paling penting jangan jauhkan anak dari ajaran agama," tukasnya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Orangtua Sulit Mendidik dan Mengawasi Anak Agar Terhindar dari Pergaulan Bebas, Ini Solusi dari Ustadz Muhammad Yusuf Patut Diamalkan

Jangan lupa ikuti kami di


Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }