Iklan

Inilah 10 Preman Paling Ditakuti di Indonesia. Ada Dijuluki 'Iblis'

timurkota.com_official
Kamis, Agustus 06, 2020 | 7:24 PM WIB Last Updated 2020-08-06T12:24:22Z

TIMURKOTA.COM, JAKARTA-


Indonesia tak dapat dipisahkan dengan aksi premanisme. Bahkan sebelum RI merdeka, kata Preman sudah ada. Pada masa penjajahan Belanda istilah preman itu berasal dari bahasa Belanda, Vrijman yang artinya orang bebas.

Banyak faktor penyebab aksi premanisme terjadi, mulai dari himpitan ekonomi hingga faktor lingkungan dimana seseorang tumbuh.

Hingga akhirnya kata ‘preman’ sangat identik dengan dunia kriminal dan kekerasan. Ternyata ada banyak preman legendaris di Indonesia.

1. Hercules

Hercules adalah sosok legenda preman yang pernah mencekam Tanah Air. Pria yang sempat berjaya dan ditakuti ini mendapatkan julukan ‘kepala preman dari timur’.

Terlahir dengan nama Rosario de Marshall saat Timor Leste masih bergejolak, kala itu bernama Timor Portugal sekitar tahun 1960-an.

Sejak kecil hidup di masa penjajahan dari Portugal dan menjadi saksi kematian kedua orang tua akibat bom pada 1978. Nama Hercules disematkan sejak dirinya tergabung dalam Korps Baret Merah, dulu dikenal Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda).

Sesuai dengan mitologi Yunani, sosok Hercules yang terkenal sangar dan bernyali besar. Tak disangka seiring berjalannya waktu, dia memilih jalannya sendiri dan menjadi preman paling ditakuti di Tanah Abang, Jakarta.

Kekuatan Hercules begitu melegenda, tangan kanannya telah putus dan digantikan tangan palsu. Bola mata kanan kini palsu, usai menerima timah panas dari lawan, serta pernah menerima bacokan sebanyak 16 kali namun masih selamat.

2. Johny Indo


Aktor sekaligus penjahat pernah disematkan pada Johny Indo yang telah meninggal pada 26 Januari 2020.

Sekian kali dirinya lolos dari perampokan dan menjadi salah satu preman dengan tindak kejahatan yang kejam. Bersama anak buahnya, Johny Indo tega membunuh korban.

Akibat kecerobohan salah seorang anak buahnya, Johny Indo beserta seluruh anggota dapat tertangkap dan dijebloskan di penjara.

Akhirnya Johny memilih taubat dan mengubah nama menjadi Umar Billah. Sosok yang menjadi tokoh utama dalam film ‘Johny Indo’ tahun 1987 tersebut membagikan hasil rampokannya pada masyarakat miskin, dan memilih hidup sederhana di masa tua.

3. Sahara Oloan Panggabean

Sosok penjahat legendaris Indonesia yang terkenal sebab perjudian dan sifat filantropinya. Pria yang akrab disapa Olo ini menjalankan bisnis debt collector, tak beda jauh dengan John Kei.

Selain itu, dia mengelola sebuah perjudian besar di Medan. Hingga menyeret Olo Panggabean sebagai penyulut insiden di kawasan Petisah. Pria yang berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara itu meninggal pada April 2009.

4. Kusni Kasdut

Kusni Kasdut merupakan preman, penjahat, serta perampok kelas kakap di masa revolusi Indonesia. Kasus terbesar yang pernah menyeret namanya sebab perampokan 11 permata di Museum Nasional Indonesia (Museum Gajah) pada 31 Mei 1961, melalui penyamarannya sebagai polisi.

Pemilik nama asli Waluyo asal Blitar, Jawa Timur tersebut sampai memiliki julukan penjahat berdarah dingin. Sebagian besar kasus perampokannya, bisa memakan satu korban tewas.

Mendekati hari hukuman mati, Kusni Kasdut bertobat dan memeluk Katolik. Dia meminta diberi waktu sembilan jam di ruang kebaktian Katolik LP Kalisosok bersama seluruh keluarga.

5. Anton Medan

Julukan Anton Medan disematkan pada pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara tahun 1957. Seorang pemuda dengan nama asli Tan Hok Liang pertama kali melakukan aksi premanisme saat usianya masih belasan tahun.

Pada awal tahun 1990-an, Anton Medan terkenal sebagai penjahat kelas kakap, perampok, sekaligus bandar judi. Hingga diduga terlibat dalam kerusuhan Mei 1998.

Meski perjalanan hidup Anton Medan begitu kelam, dia memutuskan untuk bertaubat dan menjadi pendakwah. Dia memeluk Islam pada 1992, serta membangun masjid bernama Tan Hok Liang di areal Pondok Pesantren At-Ta’ibin, Pondok Rajeg, Cibinong.

6. Slamet Gundul

Julukan Bos LP Cipinang menghiasi nama Slamet Gundul selama mendekam di balik jeruji besi. Dia merupakan pelaku dari 55 perampokan di Surabaya dan Jakarta. Kerap kali dirinya berhasil lolos dari kejaran polisi dan membuat khawatir ibu kota.

7. Dicky Ambon

Gembong preman legendaris selanjutnya ialah Dicky Ambon. Terlahir dengan nama Hendrik Benyamin Sahetapy Engel itu terkenal ganas. Banyak catatan kriminal melekat atas aksi kejinya, yakni perampokan, pencurian, dan pembunuhan. Namanya semakin mencuat sejak melakukan pengeroyokan terhadap seorang prajurit TNI.

8. Johny Sembiring

Preman intelek yang pernah mendekam bersama Kusni Kasdut, dialah Johny Sembiring. Di era 1950-an namanya terkenal sebagai preman dan sudah berulang kali dirinya masuk bui.Selain itu, Johny Sembiring juga dikenal cerdas dan menguasai banyak bahasa, seperti Sunda, Jawa, Tapanuli, Belanda, Inggris, Jerman, dan Mandarin.

9. John Kei

John Refra Kei muda menyelinap masuk kapal dari Maluku menuju Surabaya dan merantau ke Jakarta tahun 1990. Namanya begitu ditakuti sebagai narapidana kelas kakap.

Bisnis debt collector yang dijalankan John Kei, berulang kali menyeret namanya pada berbagai kasus kriminal, baik dari penganiayaan hingga pembunuhan.

10. Ronny Iblis

Pemilik nama asli Ronny Syaifudin pernah menjadi preman paling ditakuti di Jakarta. Dirinya sangat erat hubungannya dengan gunia gelap. Berbagai kasus menyelimutinya, seperti perampokan, narkoba dan minuman keras, pencurian, hingga pembunuhan.

Sosok yang pernah mencekam ibu kota tersebut akhirnya memilih jalan kebaikan dan bertaubat. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ronny bekerja seadanya.


(*/timurkota)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Inilah 10 Preman Paling Ditakuti di Indonesia. Ada Dijuluki 'Iblis'

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan