Iklan

Kabur dari RSUD, Dua Pasien Covid-19 Arahkan Massa Halau Petugas Medis

timurkota.com_official
Senin, Juni 01, 2020 | 6:28 PM WIB Last Updated 2020-06-01T11:28:04Z

Ilustrasi Ruang Isolasi Covid-19 (dok)
TIMURKOTA. COM,  MAMUJU-
Anggapan bahwa virus Covid-19 merupakan aib masih melekat di tengah masyarakat. Meski hasil test swab positif, ada saja warga yang ngotot menolak jalani isolasi.

Bukan hanya menolak, di beberapa daerah pasien bahkan melarikan diri hingga mengarahkan massa menghalau petugas medis.

Kejadian serupa kembali kerjadi di Mamuju, Sulawesi Barat. Dua santri asal Temboro, Magetan, Jatim,  MY (20) dan AK (17) kabur dari ruang isolasi RSUD Regional Sulawesi Barat pada Jumat (29/05/2020) lalu.

Petugas pun kalang kabut, mencari dua pasien tersebut yang bersembunyi dengan cara berpindah-pindah.

Petutas gugus sempat informasi, bahwa pasien tersebut berada di salah satu rumah keluarganya di Lingkungan Tambi, Kelurahan Mamunyu, Mamuju. Saat petugas mendatangi lokasi yang dimaksud dua pasien telah meninggalkan lokasi.

"Berdasarkan informasi tadi, pasien ada di rumah kakanya, di Kampung Baru Lingkungan Tambi. Info dari kakaknya, ia menuju ke rumah pasien AK, pasien yang ia temani kabur di Sampoang, tadi subuh kesana," kata Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Mamuju Muhammad Ali Rahman.

Petugas gugus memperoleh informasi bahwa pasien tersebut sempat berkunjung ke lokas yang dimaksud. Namun tidak sempat menginap hanya singgah beberapa saat kemudian meninggalkan lokasi.

"Kita lakukan penyemprotan di kediaman dan sekitar kediaman kakaknya, untuk mencegah penyebaran Covid-19." ujar Ali Rahman.

Akhirnya tim gugus menemukan tempat persembunyian kedua pasien tersebut. Namun masalah lain muncul, petugas dipaksa melunak pasalnya,  kedua pasien tersebut dilindungi warga. Puluhan hingga ratusan massa siap menghadang petugas jika memaksakan diri menjemput pasien.

"Tidak mungkin juga kita paksakan harus bentrokan untuk menjemput mereka, itu tidak mungkin. Bukan kita tidak mengizinkan isolasi mandiri, tapi mereka ini kan, pasien RSUD Regional, jadi yang berkompoten untuk memberikan kata izin adalah RSUD Regional," dia menjelaskan.

Direktur RSUD Regional Sulawesi Barat,  dr Indahwati Nursyamsi menyayangkan tindakan pasien serta pihak keluarganya. Menurutnya, sikap yang ditunjukkan tersebut berpotensi merugikan banyak pihak.

"Nyata tak terbukti, pasien belum kembali. Kami masih berharap keluarga bisa dengan suka rela menyerahkan pasien. Apa lagi mereka ini masih positif Covid-19," ujar Indahwati.

Pasien Keluhkan Fasilitas Ruang Isolasi

AK salah sPasien  pasien mengatakan salah satu alasannya menolak menjalani isolasi karena fasilitasdi RSUD Regional Sulawesi Barat tak memadai.

"Tiga hari belakang ini AC-nya mati, dan tidak diberikan kipas angin. Lampu di kamar mandi juga mati, bahkan pakaian yang kami gunakan kami cuci sendiri," ungkap, AK.


Dia juga mempertanyakan adanya
anggaran khusus untuk pasien Covid-19 senilai Rp1 juta per harinya. Namun hingga saat ini pihaknya tidak pernah menerima uang tersebut.

"Menurut informasi yang saya ketahui, anggaran untuk pasien nilainya Rp1 juta per hari," ujar AK.

Gusti Suropati, orang tua AK merasa kecewa dengan cara tenaga medis dalam memberikan informasi kepada pasien atau pun keluarganya. Sebab, berdasarkan hasil pemeriksaan dua hari sebelum anaknya meninggalkan rumah sakit, anaknya sudah dinyatakan negatif.

"Informasi dari rumah sakit dua hari yang lalu sudah negatif, tiba-tiba informasinya positif lagi," kata Gusti.

Sebab itu, ia memilih untuk menjemput anaknya secara paksa dari RSUD Regional Sulawesi Barat, karena bisa membuat stres. Terlebih anaknya sudah menjalani isolasi selama 20 hari. Ia juga mengatakan sampai saat ini keluarganya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Sementara itu, orang tua MY mengatakan selama berada di rumah sakit anaknya tidak mendapatkan pelayanan yang baik. Bahkan mereka mengatakan selama isolasi anaknya tidak diberikan obat oleh pihak rumah sakit.

Namun, semua tudingan itu dibantah oleh pihak RSUD Regional Sulawesi Barat, menurut mereka selama pasien menjalani isolasi petugas medis selalu memberikan pelayanan yang baik, begitu juga terkait fasilitas yang dikeluhkan pasien.

"Tidak benar itu, kalau kami tidak meberikan pelayanan, ada perawat namanya Nursyamsi, dia yang bawakan kipas ke kamarnya saat AC mati. Kalau masalah mencuci, ya itu mungkin keinginannya sendiri. Pasien lain mungkin begitu juga," kata dr Muhammad Ikhwan.

Untuk masalah anggaran Rp 1 juta perhari untuk pasien, Ikhwan mengatakan hal semacam itu tidak ada. Rumah sakit tidak memberikan uang saku kepada pasien. Ia juga membantah bahwa pasien tidak diberikan obat selama menjalani isolasi.

"Selalu diberikan obat, tapi pasien sendiri yang membuangnya, ada ditemukan petugas keamanan obat berserakan di bawah jendela kamar pasien," tegas Ikhwan.

(rill/as)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kabur dari RSUD, Dua Pasien Covid-19 Arahkan Massa Halau Petugas Medis

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan