![]() |
| Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari (dok) |
TIMURKOTA.COM, JAKARTA- Mantan Menteri Kesehatan yang pernah tercatat menangani salah satu wabah besar di Indonesia kembali menjadi perhatian publik setelah menyampaikan pandangannya terkait pandemi Covid-19.
Dalam sebuah forum diskusi, ia menyebut bahwa pandemi global tersebut “telah dimanfaatkan sebagai lahan bisnis oleh pihak asing”.
Pernyataan itu disampaikannya saat mengulas dinamika penanganan kesehatan publik dan kepentingan ekonomi internasional.
Menurutnya, pandemi tidak hanya memunculkan persoalan kesehatan, tetapi juga membuka peluang bisnis di sektor farmasi dan alat kesehatan.
Ia menilai berbagai negara dan perusahaan besar di luar negeri memiliki kepentingan ekonomi yang berkelindan selama masa pandemi.
Meski demikian, ia tidak memaparkan bukti detail terkait klaim tersebut, sehingga pernyataannya memicu beragam respons dari publik dan kalangan ahli.
Sejumlah pakar kesehatan menegaskan bahwa pandemi Covid-19 merupakan krisis medis global yang telah dikonfirmasi oleh lembaga internasional seperti WHO berdasarkan data ilmiah.
Mereka mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam menanggapi klaim yang belum terverifikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Meski demikian, diskusi mengenai aspek ekonomi dalam penanganan pandemi dinilai tetap penting selama disampaikan secara proporsional dan berbasis data.
Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari pernah mengukir sejarah. Dia berhasil menangani wabah Flu Burung pada 2005-2009 lalu. Bahkan atas kerja kerasnya, Siti sukses menggagalkan status pandemi Flu Burung yang sudah ditetapkan WHO. Kini, dari balik jeruji besi dia ikut berpartipasi atasi COVID-19. Siti menggagas relawan Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) untuk membantu melawan pandemi corona.
Siti Fadilah masih menjalani sisa hukuman di Lapas Pondok Bambu. Dia tersangkut kasus korupsi alat kesehatan. Tuduhan yang menurutnya, tidak terbukti. Saat ini, dia sedang dirawat di Rumah Sakit. Deddy Corbuzier berkesempatan mengunjungi Siti Fadilah yang sedang dalam perawatan.
Tolak vaksin
Siti Fadilah menceritakan pengalamannya melawan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada 2005 WHO menjadikan Indonesia sebagai pusat wabah Flu Burung. WHO pun sempat menetapkan status pandemi, yang akhirnya dibatalkan berkat argumentasi dari Siti.
Siti mengungkap usahanya mereformasi WHO. “Saya reformasi bahwa kita punya kedudukan yang sama dengan negara lain. WHO harus transparan. kalau sakit harus dibantu, untuk semua,” tutur Siti, dikutip dari chanel YouTube Deddy Corbuzier yang diunggah Kamis, 21 mei 2020.
Siti juga berhasil membuktikan virus Flu Burung tidak menular dari manusia ke manusia sehingga tidak memerlukan vaksin. “Saya buktikan dan itu saya protes ke PBB sehingga stop vaksin. Saya nyetop flu burung tidak pakai vaksin, tapi pakai politik.”
Menurut Siti, pandemi terjadi kalau penularan virus terjadi antar manusia. “Saat itu vaksinnya mau dijual ke RI, mahal! Dan kita harus ngutang untuk beli,” ungkap Siti.
Siti juga mengingatkan kalau vaksin menjadi komoditas ketika diperjualbelikan. “Virus diperjualbelikan maka pasti si industrialis vaksin ini akan menyusun kekuatan baru untuk mengadakan pandemi berikutnya. Karena tiap pandemi panen.”
Kalau jadi Menteri Kesehatan…
Beberapa waktu lalu muncul petisi online untuk membebaskan Menkes era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Tak sedikit netizen yang mengharap Siti Fadilah kembali menjabat sebagai Menkes untuk atasi COVID-19. Dia dinilai mumpuni menangani wabah dan sudah teruji saat Indonesia dilanda wabah Flu Burung dan Flu Babi.
Deddy Corbuzier lalu bertanya, “Virus sudah ada. Kalau Anda menjabat Menteri Kesehatan, Indonesia harus apa?.”
Dijawab oleh Siti apa yang akan dilakukannya untuk atasi COVID-19. “Indonesia harus mandiri. Membuat vaksin sendiri, kalau perlu vaksin. Kalau perlu, vaksin enggak perlu dibuat.” Dia lalu menuturkan kalau orang Indonesia punya antibodi yang baik.
Hal tersebut terbukti saat terjadi wabah Flu Burung.
Siti juga meyakini kalau RI sebenarnya mampu membuat vaksin sendiri. “Yang penting Indonesia harus mandiri, bisa (bikin) vaksin sendiri, rapid tes sendiri, bikin swab test sendiri dan kita mampu.”
Siti juga menyinggung kalau alat tes RI yang dibeli dari luar negeri sebenarnya kurang kompatibel. Seharusnya, alat tes mengacu pada virus yang ada di suatu negara. Karena virus corona di luar negeri, berbeda dengan virus yang ada di Tanah Air.
“Pengetesan kita kurang tepat. Tepatnya pakai alat kita sendiri yang berbasis virus kita sendiri. Banyak ahli kita yang pintar-pintar, cuma butuh political will, dana,” ungkapnya.
Siti juga menyoal anggaran riset yang minim. “Fokuskan dana pada lisensi. Selama ini riset cuma mendapat dana yang kecil dan mengharap bantuan asing. Riset RI terlalu kecil padahal penting.”
Selain itu mengedepankan transparansi dan tidak takut menyampaikan informasi. Hal itu dilakukannya saat menangani wabah Flu Burung.
”Saya omongin ilmu yang orang banyak harus tahu. Jangan sampai rakyat tidak tahu sama sekali. Saya hanya sampaikan ilmu pengetahuan dan menurut saya wajib. Kalau saya tahu ada yang tidak baik tapi diam saja, kan dosa,” ujarnya.
Meski tak lagi menjabat sebagai Menteri, rekan-rekannya di Lapas masih memanggilnya Ibu Menteri. “Panggilan saya Ibu Menteri, lucu ini,” kata Siti sambil terkekeh. Siti Fadilah akan bebas pada Oktober 2020 mendatang.
(*)


