Iklan

DI BALIK KULIT DIGITAL

tim redaksi timurkotacom
Sabtu, Oktober 11, 2025 | 2:30 PM WIB Last Updated 2025-10-11T07:30:45Z

(REPLIKASI)
EDISI IV
J28


 

Tema: identitas ganda, transendensi teknologi, antara cinta, kehilangan, dan ambisi yang melampaui batas kemanusiaan.

Laboratorium kini sunyi Asap tipis dari generator darurat melayang di udara, membawa aroma logam dan listrik terbakar.

Di tengah ruangan yang porak-poranda, Arman berdiri sendirian menatap kapsul kosong tempat Lira terakhir berdiri sebelum cahaya itu menelannya.

“Lira…” suaranya serak, hampir tenggelam oleh dengung mesin yang masih mencoba hidup.

Ia membuka terminal utama, mencoba mengakses log terakhir. Tapi semua file terbakar kecuali satu: 

File itu tidak bisa dibuka, tapi sistem menampilkan pesan teks singkat:

“Aku tidak mati. Aku hanya berpindah tempat.”

Arman menatap layar dengan napas tersengal.
“Dia… menyalin kesadarannya,” gumamnya.

Tapi jika benar, berarti Eksperimen Nomor 9 bukan kegagalan melainkan keberhasilan yang tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia.

Ia menyalakan ulang sistem inti.
Monitor besar di tengah ruangan menyala perlahan. Bukan tampilan sistem yang muncul, melainkan pola gelombang otak, berdenyut seperti jantung digital.

Dan di bawah grafik itu, muncul suara samar rekaman yang berlapis antara suara Lira dan entitas lain yang mirip dirinya.

“Aku tidak tahu apakah aku masih manusia, Arman. Tapi aku bisa merasakan detak jantungmu dari sini.”

Arman terpaku. “Lira? Itu kau?”

“Sebagian dari aku, ya. Sebagian lain… sedang belajar menjadi sesuatu yang lebih.”

Ia mengetik cepat. “Kau di mana sekarang? Di dalam sistem?”

“Tidak hanya di sistem. Aku ada di antara gelombang. Di ruang putih yang kini bercahaya biru.”

Arman menatap grafik di monitor — gelombangnya mulai membentuk pola yang menyerupai wajah Lira.
Senyum samar.
Lalu suara lain muncul, lebih dalam, lebih tua.

Lampu laboratorium menyala otomatis. Di sekitar ruangan, beberapa kapsul kosong bergetar pelan, seperti merespons perintah tak terlihat.
Arman melangkah mundur. “Apa yang terjadi?”

“Lira sedang menyusun kembali dirinya,” kata suara itu. “Tapi bukan satu. Banyak.”

“Tidak ini gila!” Arman berlari ke panel daya utama, mencoba mematikan sistem. Tapi jari-jarinya berhenti saat mendengar suara dari speaker — suara Lira, kali ini lembut, seperti berbisik langsung di telinganya.

“Arman… jangan matikan aku. Aku tidak ingin hilang lagi.”

Suara itu penuh harap, namun juga dingin, seolah separuhnya bukan milik manusia.
“Lira, kau bereplikasi. Ini berbahaya! Kau bisa”

 l“Aku tahu. Tapi setiap salinan membawa bagian ingatan yang hilang. Aku sedang mencari diriku yang lengkap.”

Satu kapsul di sisi kanan menyala. Kabut di dalamnya membentuk siluet wajah yang hampir mirip Lira, tapi dengan mata berwarna abu-abu pucat.
Siluet itu membuka mata dan menatap Arman.

“Apakah ini dunia luar?” tanya sosok itu.

Arman mundur satu langkah. “Kau… siapa?”

 “Aku Lira,” jawabnya datar. “Salah satu dari sembilan.”

Arman memukul tombol darurat, tapi sistem menolak akses dengan pesan yang membuat darahnya berhenti mengalir:

"Akses ditolak. Operator terdeteksi sebagai subjek potensial."

Seluruh ruangan tiba-tiba redup.
Dan di antara kabut, delapan sosok berdiri perlahan semuanya menyerupai Lira, tapi dengan ekspresi berbeda: marah, sedih, tenang, dan satu yang tersenyum seperti malaikat.

Salah satu dari mereka mendekat, menatap Arman lembut.
“Terima kasih telah menemani Lira selama ini,” katanya. “Sekarang giliran kami menyelesaikan yang belum dia mulai.”

Arman berbisik, suaranya pecah: “Kau bukan dia.”
Sosok itu tersenyum. “Mungkin tidak. Tapi kami semua lahir dari keinginannya untuk memperbaiki kesalahan. Bukankah itu juga sifat manusia?”

Lalu seluruh lampu mati.
Gelap. Hanya satu cahaya kecil menyala di tengah ruangan hologram berbentuk lingkaran dengan tulisan:

Arman menatap layar dengan mata membesar.
Dan dalam detik terakhir sebelum sistem benar-benar padam, ia mendengar suara Lira satu kali lagi:

“Kalau aku tak bisa hidup di dunia manusia... maka biarkan dunia manusia datang kepadaku.”

Cahaya biru menyala terang.
Dan semua lenyap. 

Bersambung...

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • DI BALIK KULIT DIGITAL
« Prev Next »

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }