Iklan

Mantan Presiden Mahasiswa UNIM Bone Kritik Keras Larangan Maba Ikut Organisasi Ekstra

tim redaksi timurkotacom
Rabu, September 10, 2025 | 3:55 PM WIB Last Updated 2025-09-10T10:14:38Z

Asmarjun (Foto: Dok. Istimewa)

TIMURKOTA.COM, BONE– Polemik larangan bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bone (UNIM Bone) untuk bergabung dalam organisasi ekstra kampus menuai kritik dari kalangan alumni. 

Salah satu suara lantang datang dari Asmarjun, alumni tahun 2011 yang pernah mengemban amanah penting di organisasi kemahasiswaan. 

Menurutnya, sikap oknum dosen yang melarang mahasiswa ikut organisasi di luar kampus justru mempersempit ruang gerak intelektual dan mengkerdilkan nama besar Muhammadiyah sebagai organisasi yang menjunjung tinggi nilai keterbukaan.

Dalam rekam jejaknya, Asmarjun dikenal aktif di dunia organisasi kampus. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRODI) Matematika pada periode 2009/2010, kemudian dipercaya sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Muhammadiyah Bone pada periode 2010/2011. 

Pengalaman panjang itu, kata Asmarjun, menjadi bukti nyata bahwa organisasi adalah ruang belajar yang sangat penting bagi mahasiswa untuk membentuk karakter kepemimpinan, kemampuan manajerial, dan kepekaan sosial.

“Ketika ada oknum dosen yang melarang mahasiswa bergabung di organisasi ekstra, itu sama saja mencederai nilai perjuangan Muhammadiyah. Larangan semacam itu bisa menimbulkan kesan bahwa kampus Muhammadiyah berpaham sempit, eksklusif, bahkan intoleran. Padahal, nafas Muhammadiyah tidak pernah seperti itu,” tegas Asmarjun saat dimintai tanggapan, Rabu (10/09/25).

Ia menjelaskan bahwa organisasi ekstra sama sekali tidak memiliki keterikatan struktural dengan universitas. 

Justru, mahasiswa yang memilih terlibat di dalamnya membawa misi pengembangan diri dan jejaring yang pada akhirnya bisa memberikan kontribusi positif bagi almamater. 

“Selama ini tidak pernah ada mahasiswa UNIM Bone yang bergabung di organisasi ekstra lalu merusak nama baik kampus. Sebaliknya, mereka tetap membawa semangat menjaga dan membesarkan almamaternya,” tambahnya.

Lebih jauh, Asmarjun menegaskan bahwa alumni seperti dirinya selalu berharap agar kampus UNIM Bone bisa tumbuh dan berkembang menjadi institusi yang modern, terbuka, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. 

Ia menyebut, membatasi mahasiswa dalam berorganisasi hanya akan menghambat proses kaderisasi dan menutup ruang pembentukan kapasitas diri. 

“Kampus harusnya menjadi tempat yang melahirkan kader bangsa, bukan sekadar lulusan yang minim pengalaman organisasi,” ujarnya.

Dalam aturan pendidikan tinggi Muhammadiyah, kata Asmarjun, memang telah ditegaskan bahwa organisasi intra kampus meliputi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Senat Mahasiswa, organisasi tingkat fakultas dan program studi, serta unit kegiatan mahasiswa (UKM). 

Keberadaan organisasi-organisasi tersebut wajib diberdayakan dan diarahkan untuk mendukung pengembangan mahasiswa di dalam lingkungan kampus. 

Namun, regulasi itu tidak serta merta melarang mahasiswa untuk berkiprah di organisasi lain yang berada di luar lingkup universitas.

“IMM, BEM, Senat, dan UKM itu jelas diatur dan diberi ruang di dalam kampus. Itu memang amanat statuta. Tetapi mahasiswa juga manusia merdeka, mereka punya hak untuk menambah pengalaman lewat organisasi ekstra. Itu hak individu yang tidak boleh dirampas oleh siapapun,” terang Asmarjun.

Ia menilai, mahasiswa justru semakin matang jika mendapatkan pengalaman lintas organisasi. 

Melalui organisasi ekstra, mereka bisa berinteraksi dengan mahasiswa dari kampus lain, mengenal berbagai perspektif, dan mengasah keterampilan komunikasi publik. 

“Semua itu akan memperkaya wawasan dan memperkuat daya saing lulusan UNIM Bone ketika mereka sudah terjun ke masyarakat. Jadi apa ruginya bagi kampus?” tanyanya retoris.

Asmarjun berharap, pihak universitas dapat meninjau kembali pola pembinaan yang bersifat represif. 

Sebagai kampus yang berada di bawah naungan Muhammadiyah, UNIM Bone menurutnya seharusnya tampil sebagai teladan dalam menjunjung tinggi nilai demokrasi, keterbukaan, dan penghargaan terhadap kebebasan akademik. 

“Jangan sampai ada tindakan yang justru merugikan citra kampus kita sendiri. Muhammadiyah selalu hadir dengan wajah dakwah yang teduh, inklusif, dan membawa kemajuan, bukan sebaliknya,” pesannya.

Di akhir pernyataannya, Asmarjun menekankan bahwa mahasiswa perlu diberdayakan dengan cara memberi ruang, bukan dengan membatasi. 

“Dari organisasi lahir para pemimpin. Dari organisasi pula tumbuh kader bangsa yang berkarakter. Jika ruang itu dipersempit, maka kita telah menghalangi lahirnya generasi terbaik. Saya yakin, kampus Muhammadiyah akan lebih besar jika mendukung penuh mahasiswa dalam mengembangkan potensinya,” tutupnya. (*) 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mantan Presiden Mahasiswa UNIM Bone Kritik Keras Larangan Maba Ikut Organisasi Ekstra
« Prev Next »

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }