Rudi S Gani bersama dengan Istri beberapa waktu lalu sebelum insiden penembakan (Foto: Dok. Istimewa) |
TIMURKOTA.COM, BONE- Tim gabungan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Kepolisian Resort Bone belum mengungkap ciri-ciri pelaku hingga memasuki hari ke lima pasca penembakan pengacara Rudi S Gani (49).
Ada beberapa tantangan yang dihadapi pihak kepolisian dalam mengungkap kasus ini. Salah satunya pelaku diduga kuat orang propesional.
Dalam melancarkan aksinya, dengan menggunakan senjata jenis senapan angin PCP dengan peluru delapan milimeter. Pelaku menghabisi korban dari jarak 20 meter.
Jika berdasar dari beberapa keterangan saksi, hampir dipastikan pelaku telah mengenal lingkungan sekitar. Termasuk, aktivitas warga di malam hari.
Berikut tim timurkotacom merangkum tiga tantangan Polisi dalam mengungkap kasus penembakan Rudi S Gani:
1. Kondisi Lokasi Gelap
Kepala desa dan sejumlah penduduk setempat telah menjelaskan bahwa pada malam hari lokasi penembakan gelap.
Tak ada pencahayaan lampu jalan, yang ada hanya lampu di rumah warga. Kondisi ini memungkinkan pelaku bersembunyi tanpa terlihat oleh siapapun.
Kades Pattukulimpoe, Kecamatan Lappariaja, Mansyur Mochtar, menjelaskan bahwa area tempat penembakan terjadi sangat gelap dan tidak memiliki penerangan yang memadai.
Menurutnya, satu-satunya cahaya berasal dari lampu teras rumah warga yang berjarak sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian.
"Gelap sekali di lokasi kejadian. Penerangan hanya ada dari lampu teras rumah warga di sekitar, dan itu pun cukup jauh," ujarnya dalam wawancara.
Kekurangan penerangan dapat menjadi faktor penting dalam penyelidikan ini, karena pelaku mungkin memanfaatkan situasi gelap untuk melakukan aksinya tanpa terdeteksi.
Dengan kondisi penerangan yang minim, petugas kepolisian diharapkan dapat melakukan analisis menyeluruh tentang bagaimana penembakan berlangsung dan siapa saja yang mungkin berada di lokasi saat kejadian.
2. Pelaku Punya Kesempatan Kabur Sebelum Ketahuan Terjadi Penembakan
Terlambatnya diketahui oleh pihak keluarga bahwa Rudi S Gani tewas tertembak juga menjadi salah satu faktor.
Pasalnya, dengan jedah yang cukup lama dari rumah korban ke Puskesmas Lappariaja memungkinkan pelaku telah kabur sebelum diketahui telah terjadi penembakan.
Saksi mata pun tak ada yang melakukan upaya pengejaran dan mencari pelaku. Pasalnya, mereka menyangka korban mengalami pecah pembuluh darah.
"Memang dari awal tidak ada melakukan pencarian di luar rumah. Karena pas korban jatuh, kami semua menyangka pecah pembuluh darah," ungkap, Maryam istri korban.
Meski awalnya mendengar ada letusan. Namun mereka menyangka itu merupakan bunyi petasan. Bunyi letusan itu juga tidak terdengar dengan begitu jelas karena di dalam rumah ada suara musik.
3. Keterangan Saksi Berubah
Tantangan lain adalah adanya keterangan saksi yang berubah. Awal penembakan tersebar luas ke masyarakat, istri korban sempat menyebut bahwa sebelum penembakan ada suara mobil terdengar di lokasi.
Tak lama setelah itu ada bunyi letusan senjata yang menyebabkan korban meninggal dunia. Keterangan itu disampaikan, Maryam kepada awak media yang merupakan rekan Rudi S Gani saat dihubungi malam pasca penembakan.
Belakangan, dalam wawancara dengan awak media, Maryam menegaskan bahwa sebelum penembakan tidak ada mobil yang datang di depan rumahnya.
Di sana hanya ada dua mobil terparkir di depan rumah, satu mobil milik korban kemudian satunya lagi mobil milik ponakan yang datang berkunjung untuk bersama-sama merayakan tahun baru.
Kesaksian tak adanya mobil sebelum penembakan dibenarkan beberapa saksi lain yang berada di lokasi. Kendati demikian, dengan jarak 20 meter ditambah suara musik di dalam ruangan meski ada mobil yang melintas suaranya akan sulit terdengar. (*)