Iklan

Terbaru: 6 Meninggal, 500 Warga Mengungsi Akibat Banjir dan Longsor di Manado

timurkota.com_official
Senin, Januari 18, 2021 | 1:13 PM WIB Last Updated 2021-01-18T06:18:14Z

Banjir Sulut belum surut (foto: Istimewa)

TIMURKOTA.COM, MANADO-

Berdasarkan data darib Badan Nasional Penanggulangan Bencana tercatat enam orang meninggal dunia dan 500 mengungsi akibat akibat banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Sulawesi Utara.

"Dari laporan Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana per 18 Januari 2021 pukul 09.30 WIB. Tercatat ada enam orang meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati kepada wartawan, Senin, (18/01/21).

Kerugian materiil akibat bencana tersebut antara lain, dua unit rumah rusak berat dan 10 unit rumah rusak sedang. Tim di lapangan juga masih melakukan pendataan kerusakan rumah. 

"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Manado melakukan kaji cepat dan evakuasi bersama SAR, TNI/Polri, masyarakat dan relawan. Selain itu, BPBD Kota Manado juga memberikan bantuan makanan siap saji kepada para pengungsi," katanya lagi.

Masih Raditya mengatakan, BPBD Provinsi Sulawesi Utara bersama BPBD Kota Manado akan melakukan kegiatan pembersihan material pascabanjir, dan tanah longsor pada hari ini. 

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta warga Sulawesi Barat untuk tetap waspada tsunami akibat sesar naik pada bagian barat.

Jika itu terjadi maka bukan tindak mungkin tsunami pada 1969 lalu terulang kembali pusat tsunami kala itu berada di Kabupaten Majene.

Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, peristiwa 50 tahun lalu itu menelan korban hingga ratusan jiwa.

"Kepada masyarakat yang berada di wilayah pesisir Majene perlu waspada jika merasakan gempa kuat. Agar segera 
menjauhi pantai, tanpa menunggu peringatan dini tsunami oleh BMKG." Katanya.

Daryono juga mengimbau masyarakat tidak mudah percaya berita bohong atau hoaks terkait prediksi dan ramalan gempa yang akan terjadi dengan magnitudo besar yang berpotensi tsunami.

"Jadi tidak ada prediksi akan ada gempa yang besar kemudian menuju tsunami itu tidak ada. Tetapi berkaca pada kasus yang terjadi di Lombok saat gempa Agustus September 2018 itu rentetan gempa cukup banyak," Daryono saat diwawancarai CNN Indonesia TV, Sabtu (16/1)

Selain itu, menurutnya, imbauan diberikan karena Majene dan Mamuju memiliki magnitudo target mencapai 7,0 skala richter.

"Maka kita tidak salah jika imbau masyarakat untuk waspada terkait gempa susulan," tuturnya.

Daryono berharap, Majene dan Mamuju tidak lagi diguncang gempa berskala besar, dan gempa susulan berangsur semakin mengecil.

"Kemarin sudah release 5,9 [skala richter] kemudian tadi pagi 6,2. Harapan kita ini sudah cukup besar dan selanjutnya hanya gempa susulan yang semakin kecil," ucapnya.

Gempa dahsyat melanda wilayah Mamuju, Majene, dan kawasan lain sekitar Sulawesi Barat, pada Jumat (15/1) membuat bangunan porak poranda dan sejumlah orang dikabarkan meninggal dunia.

***



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Terbaru: 6 Meninggal, 500 Warga Mengungsi Akibat Banjir dan Longsor di Manado

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan