![]() |
Abd Rahman, S.Pd., M.Pd menyampaikan materi dalam PKM di Desa Mattirowalie, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone (Foto: Dok. Istimewa) |
TIMURKOTA.COM, BONE- Tim Pengabdian dari Universitas Cahaya Prima melaksanakan program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang tergabung dalam Generasi Milenial Lampoko (GML) di Desa Mattirowalie, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone. Kegiatan yang mengusung tema “Pemberdayaan Komunitas Muda untuk Ekonomi Berdaya Saing melalui Sociopreneur” ini menjadi langkah konkret dalam meningkatkan kapasitas ekonomi pemuda desa melalui pendekatan kewirausahaan sosial (sociopreneurship).
Program PKM ini berhasil terlaksana berkat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Kegiatan ini berangkat dari kesadaran
bahwa komunitas muda di pedesaan memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, namun masih menghadapi berbagai keterbatasan seperti minimnya akses informasi, pasar, dan keterampilan manajerial.
Pemuda dinilai memiliki posisi strategis sebagai agen perubahan di desa. Dengan pembekalan yang tepat, mereka mampu menjadi motor penggerak inovasi produk lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi daerah.
Melalui pendekatan sociopreneur, program ini tidak hanya berorientasi pada pencapaian keuntungan finansial, tetapi juga memperhatikan dampak sosial yang dihasilkan bagi masyarakat sekitar.
Kegiatan PKM ini terbagi dalam dua tahap utama, yakni pelatihan dan produksi. Tahap pelatihan dirancang untuk membekali peserta secara menyeluruh dalam membangun usaha komunitas, yang terdiri dari tiga materi inti:
Perencanaan Usaha, peserta dibekali keterampilan menyusun rencana bisnis berbasis potensi lokal, menyusun model bisnis sederhana, serta memahami pengelolaan produksi berkelanjutan yang dipaparkan oleh pemateri Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd
Selanjutnya materi kedua, oleh Asriadi, S.Sos., M.Si terkait dengan pemasaran Produk mencakup strategi pemasaran baik digital maupun konvensional, termasuk branding, promosi, dan pemanfaatan media sosial untuk menjangkau pasar lebih luas.
Sementara materi ketiga Manajemen Usaha fokus pembahasan pada pengelolaan usaha secara efisien, seperti pencatatan keuangan, pembagian kerja dalam tim, dan evaluasi kinerja usaha yang disampaikan Herman, S.Sos., M.Si
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diarahkan untuk masuk ke tahap produksi.
Pada tahap ini, mereka mempraktikkan keterampilan yang telah diperoleh melalui pembuatan produk berbasis hasil perkebunan lokal, yakni minyak cengkih.
Produk yang dikembangkan antara lain parfum dan sabun cuci piring, yang diharapkan dapat memiliki nilai tambah serta daya saing di pasaran.
Melalui kegiatan ini, tim PKM Universitas Cahaya Prima berharap dapat melahirkan komunitas muda desa yang mandiri, inovatif, dan berdaya saing.
Selain itu, program ini juga diharapkan bisa menjadi model pemberdayaan masyarakat yang dapat direplikasi di desa-desa lain dengan kondisi serupa.
“Kami melihat antusiasme peserta sangat tinggi. Ini menjadi sinyal positif bahwa pemberdayaan berbasis potensi lokal dan pendekatan sociopreneur sangat relevan untuk mendorong kemajuan ekonomi desa,” ujar Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd Ketua Tim PKM Universitas Cahaya Prima.
Abd Rahman mengatakan, bahwa ke depan pihaknya akan terus melakukan pemantauan terkait dengan keberlanjutan program yang sementara berjalan.
"Tentunya setelah kegiatan ini, kami akan terus melakukan monitoring. Jika ada kendala, maka kami tentu akan mencarikan solusi agar program tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan juga bermanfaat bagi masyarakat," tutupnya.
Program ini menandai sinergi antara dunia akademik dan masyarakat dalam upaya membangun kemandirian ekonomi dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Selanjutnya tim PKM akan membimbing untuk tahap proses produksi pembuatan parfum dan sabun cuci. (*)