Iklan

Parfum Cengkih dari Desa, UNCAPI dan GEMILAP Lahirkan Sociopreneur Muda di Mattirowalie

tim redaksi timurkotacom
Minggu, Juli 13, 2025 | 1:49 PM WIB Last Updated 2025-07-13T07:10:58Z

Parfum Gemiloka sebuah karya dilahirkan dari kolaborasi PKM Universitas Cahaya Prima (UNCAPI) dengan Gerakan Milenial Lampoko (GEMILAP) (Foto: Dok. Istimewa)



TIMURKOTA.COM, BONE- Di tengah semilir angin desa dan harum cengkih yang khas, Desa Mattirowalie, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone, menyuguhkan pemandangan berbeda pada Minggu pagi (13/07/25). Di sebuah balai desa sederhana, sekumpulan pemuda tampak sibuk meracik bahan-bahan di atas meja. 

Bukan untuk kuliner, melainkan untuk menciptakan sebuah inovasi, parfum berbahan dasar minyak cengkih, hasil kolaborasi antara Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Cahaya Prima Bone (UNCAPI) dan komunitas pemuda lokal Gerakan Milenial Lampoko (GEMILAP).

Inisiatif ini bukan sekadar pelatihan teknis. Di balik aroma wangi yang menyelimuti ruangan, terselip visi besar, melahirkan generasi sociopreneur muda berbasis potensi lokal dan memperkuat ekonomi kreatif di desa. 

Program ini merupakan bagian dari upaya konkret mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dan pelestarian kearifan lokal.

Berangkat dari potensi kekayaan sumber daya alam yang belum tergarap optimal, tim dosen dari UNCAPI Bone menggagas program ini sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat. 

Desa Mattirowalie dipilih bukan tanpa alasan. Selain dikenal sebagai salah satu sentra penghasil cengkeh di Bone, desa ini juga memiliki bonus demografi, generasi muda yang produktif dan penuh semangat.

“Selama ini potensi minyak cengkih hanya dijual dalam bentuk mentah atau digunakan untuk keperluan tradisional,” jelas, Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd., Ketua PKM UNCAPI Bone, saat ditemui di sela pelatihan. 

“Padahal, dengan sedikit inovasi, kita bisa menciptakan produk bernilai tambah tinggi. Parfum ini contohnya.” lanjut akademisi muda ini. 

Menurut Abdul Rahman, program ini tidak hanya bertujuan memberikan pelatihan satu kali, tetapi ingin menciptakan ekosistem kewirausahaan berkelanjutan di tingkat desa. 

“Kami berharap ini menjadi awal lahirnya sociopreneur muda desa pengusaha yang tidak hanya mencari untung, tapi juga membawa perubahan sosial,” tegasnya.

Proses pembuatan parfum yang dibimbing langsung oleh Dosen UNCAPI (Foto: Dok. Istimewa)

Parfum dari minyak cengkih mungkin terdengar tak lazim. Namun justru di situlah letak kekuatannya. Minyak cengkih, selain memiliki aroma khas yang eksotis, juga dikenal memiliki kandungan antiseptik dan anti inflamasi. 

Kombinasi tersebut menjadikannya bahan potensial untuk produk kecantikan dan kesehatan, termasuk parfum alami.

Melalui pendekatan partisipatif, tim dosen UNCAPI tidak hanya mengajarkan cara meracik parfum, tetapi juga menggandeng pemuda untuk memahami rantai nilai produk mulai dari sourcing bahan baku, formulasi, branding, hingga strategi pemasaran.

Bagi para peserta, pengalaman ini menjadi pembelajaran berharga. “Awalnya saya pikir bikin parfum itu susah dan butuh alat mahal. Tapi ternyata bisa dibuat dengan cara sederhana asal tahu ilmunya,” kata Supardi, salah satu pemuda peserta pelatihan dari GEMILAP.

Gerakan Milenial Lampoko (GEMILAP) adalah komunitas pemuda yang selama ini aktif dalam kegiatan sosial dan pelestarian budaya lokal. 

Dengan semangat ‘muda, berdaya, dan berkarya’, mereka menjadi mitra strategis PKM UNCAPI dalam menjalankan program ini.

Ketua GEMILAP, Mulawarman, S.Sos, menyambut baik kolaborasi ini. 

“Kami merasa diberi panggung untuk membuktikan bahwa pemuda desa bukan hanya objek, tapi bisa jadi pelaku perubahan,” ujarnya penuh semangat. “Pelatihan ini membuka mata kami bahwa ekonomi kreatif bisa lahir dari halaman rumah sendiri.”

Ia menambahkan bahwa keberhasilan program parfum ini menjadi pemicu semangat baru di kalangan pemuda setempat. 

“Kami tidak akan berhenti di sini. Kami sudah siapkan agenda pelatihan lanjutan untuk produk sabun cuci piring dari minyak cengkeh, dan ke depan, siapa tahu kami bisa punya merek lokal sendiri,” katanya optimis.

Apa yang dilakukan UNCAPI dan GEMILAP adalah cerminan dari tren global yang kini juga menjadi prioritas nasional: mengangkat produk lokal berbasis inovasi sebagai penggerak ekonomi. 

Di Indonesia, sektor ekonomi kreatif menyumbang lebih dari 7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan sebagian besar datang dari subsektor berbasis budaya lokal.

Namun tantangan terbesar justru ada di wilayah pedesaan. Kurangnya akses terhadap pelatihan, teknologi, dan pasar membuat banyak potensi lokal tidak berkembang maksimal. 

Dalam konteks inilah, program seperti yang dilakukan di Mattirowalie menjadi sangat relevan dan strategis.

Melalui pendekatan edukatif dan kolaboratif, para pemuda desa tidak hanya dibekali keterampilan teknis, tetapi juga diberi pemahaman tentang nilai tambah dan keberlanjutan. 

“Kami ingin membentuk mental wirausaha yang tidak hanya fokus pada laba, tetapi juga memperhatikan lingkungan dan dampak sosial,” ujar Abdul Rahman.

Program parfum cengkeh ini menjadi langkah awal menuju transformasi ekonomi desa. 

Mattirowalie kini memiliki potensi baru menjadi desa wirausaha yang mandiri secara ekonomi dengan produk unik yang tak dimiliki desa lain. Tak hanya itu, identitas desa pun ikut terangkat.

“Bayangkan jika setiap desa bisa punya produk unggulan masing-masing. Desa tidak lagi menjadi ‘penonton’ tapi aktor utama dalam pembangunan ekonomi,” tambah Abdul Rahman.

Pemerintah daerah pun menyambut baik inisiatif ini. Beberapa perangkat desa yang hadir dalam pelatihan menyatakan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan program, termasuk dalam hal penyediaan fasilitas produksi dan promosi produk.

Program ini juga dinilai sebagai implementasi nyata dari beberapa poin SDGs, khususnya:

Goal 1 (Tanpa Kemiskinan), melalui penciptaan peluang usaha,
Goal 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dengan mendorong ekonomi kreatif lokal,
Goal 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan,
Goal 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), melalui kolaborasi antara kampus dan masyarakat.

Mattirowalie hari ini bukan lagi sekadar penghasil cengkeh. Dengan parfum lokal sebagai simbol, desa ini mulai dikenal sebagai pusat aroma perubahan perubahan yang digerakkan oleh pemuda, didukung oleh kampus, dan diarahkan untuk masa depan yang lebih baik.

Langkah kecil yang dimulai dari meja sederhana, dari tangan-tangan muda yang meracik minyak cengkeh, kini perlahan menjelma menjadi gerakan besar: gerakan ekonomi kreatif desa yang mandiri, berkelanjutan, dan berakar kuat pada kearifan lokal.

Bagi UNCAPI dan GEMILAP, ini bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang untuk membuktikan bahwa desa bisa wangi, dalam arti sebenarnya dan dalam arti harapan. (*)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Parfum Cengkih dari Desa, UNCAPI dan GEMILAP Lahirkan Sociopreneur Muda di Mattirowalie
« Prev Next »

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }