Iklan

Ulasan Lengkap Bendungan Ponre-ponre Bone: Sajikan Pemandangan Indah dan Sisi Mistis Menelan Tiga Tumbal

tim redaksi timurkotacom
Jumat, Oktober 31, 2025 | 6:04 AM WIB Last Updated 2025-10-30T23:04:11Z

Bendungan Ponre-ponre (foto: Istimewa)

TIMURKOTA.COM, BONE- Bendungan Ponre-Ponre di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu destinasi wisata baru yang menarik perhatian masyarakat. 

Dikenal dengan panorama alamnya yang menawan, bendungan ini juga menyimpan kisah mistis yang sudah lama beredar di kalangan warga sekitar. 

Kombinasi antara keindahan alam dan cerita legenda menjadikan lokasi ini tidak hanya tempat rekreasi, tetapi juga pusat perhatian bagi peneliti budaya dan pencinta sejarah lokal.

Bendungan yang terletak Kecamatan Libureng ini dibangun sebagai proyek strategis nasional untuk menunjang irigasi dan ketahanan pangan. 

Namun di balik fungsinya yang vital bagi pertanian, banyak pengunjung yang mengaitkan keberadaannya dengan sejumlah peristiwa misterius. 

Isu tentang “tumbal pembangunan” masih menjadi topik hangat yang kerap dibahas di media sosial maupun percakapan masyarakat sekitar.

Pemandangan di sekitar bendungan kerap menjadi latar favorit bagi wisatawan dan fotografer. 

Airnya yang tenang berpadu dengan perbukitan hijau menciptakan suasana damai yang memanjakan mata. 

Saat sore hari, pantulan cahaya matahari di permukaan air menghadirkan nuansa romantis yang kerap diabadikan pengunjung. 

Namun, di tengah keindahan tersebut, tersimpan kisah yang dipercaya sebagian warga tentang tiga tumbal manusia yang menjadi penunggu bendungan ini.

Cerita mistis itu diyakini bermula sejak proses pembangunan bendungan dimulai. 

Beberapa pekerja dilaporkan mengalami kejadian ganjil, mulai dari peralatan yang tiba-tiba rusak hingga suara gaib di malam hari. 

Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung cerita tersebut, narasi mistis tetap hidup dan menjadi bagian dari identitas lokal yang memperkaya daya tarik wisata bendungan ini.

Kini, Bendungan Ponre-Ponre tak hanya berperan penting dalam mendukung sektor pertanian, tetapi juga menjadi ikon wisata baru Kabupaten Bone. 

Pemerintah daerah bersama warga berupaya mengembangkan potensi wisata air ini tanpa mengabaikan nilai-nilai kearifan lokal. 

Perpaduan antara manfaat ekonomi, keindahan alam, dan kisah mistis membuat bendungan ini memiliki pesona unik yang layak dijelajahi lebih dalam.

Tim timurkota.com akan mengulas sejarah dan sisi mistis terkait dengan Bendungan Ponre-ponre, yang terletak di Desa Tompobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. 

Salah satu bendungan terbesar ke dua di Sulawesi Selatan ini berada di wilayah bagian selatan Kota Watampone yang merupakan ibu kota Kabupaten Bone. 

Bendungan ini dulunya merupakan perkampungan yang dikenal memiliki infrastruktur jalan rusak parah.

Sejak pembangunan bendungan, warga kemudian dipindahkan ke tempat lain. Hingga saat ini penghuni kampung yang sudah tenggelam masih tetap berdomisili tak jauh dari bendungan.

Bendungan Ponre-ponre dulunya dikenal dengan kampung Bakkanie sebuah dusun yang berada di wilayah Desa Tompo Bulu, Kecamatan Libureng. 

Sebagai salah satu kampung, warga Bakkanie dulunya juga percaya dengan hal mistik. Salah satunya tempat yang disakralkan. 

Tempat tersebut merupakan sumur yang terletak disebelah barat perkampungan atau tepat berada di barat jembatan panjang yang menghubungkan antara poros Bone-Tompo Bulu.

Saking percayanya masyarakat bahwa sumur tersebut angker. Mereka tak berani mengambil air atau bahkan sekadar mandi menggunakan air sumur tersebut.

Mereka baru mengunjungi sumur tua itu setiap sekali dalam setahun dengan diistilahkan 'mangade dan Mappaleppe'.

Semenjak penduduk setempat meninggalkan rumah mereka karena menjadi titik pembangunan bendungan maka tempat tersebut juga tak lagi di kunjungi.

"Tempatnya memang di bawah jembatan. Dulunya setiap tahun ada kegiatan adat di sana. Namun sekarang tidak lagi karena sudah tenggelam semua. Kami penduduk setempat memang tak berani ke lokasi itu tangkap ikan apalagi untuk berenang," kata seorang warga, Emmang.

Menurut Emmang, ketika ada pengunjung yang bertandang ke sana kemudian kelihatan sombong apalagi sampai memandang enteng kedalaman bendungan jarang tidak dapat masalah. Bahkan tenggelam dan meninggal dunia.

"Yang pertama kali meninggal tenggelam di sini adalah guru sekolah dari Kecamatan Lappariaja. Waktu itu dia memungut telur di dalam air. Sempat disampaikan jangan ambil itu. Namun dia malah bilang ini telur biasa dan enak buat dimakan. Pas diambil, perahunya tenggelam dan dia hilang, tiga hari kemudian baru ditemukan meninggal dunia," katanya lagi menjelaskan.

Misteri Tujuh Wanita Cantik Berpakaian Merah

Belum lama ini dikisahkan oleh salah seorang penjaga bendungan, Bahar. Dirinya menuturkan, ada warga bertemu dengan tujuh wanita cantik berpakaian merah-merah. Wanita yang memiliki kemiripan bahkan bisa dikata kembar ditemukan berjalan kaki menuju bendungan.

"Waktu ditanya sama warga mau kemana? wanita itu menunjuk bendungan. Ada warga yang iseng mengikuti dan setelah sampai di bendungan tujuh orang itu turun ke dalam air dan menghilang," katanya.

Jadi menurut Bahar, ada tujuh wanita cantik penunggu bendungan tersebut. 

"Penunggunya di sini marah dan tidak suka sama orang yang sombong apalagi kalau memandang enteng ke dalaman bendungan," beber, Bahar lagi.

Keberadaan Masjid di Dasar Bendungan

Masjid yang dibangun warga Dusun Bakkanie kabarnya tak dirubuhkan sebelum wilayah tersebut tenggelam.

"Kedalamannya di sini tidak bisa saya prediksi. Jangankan pendatang, kami saja penduduk setempat tidak berani menyelam ke dasar bendungan. Di bawah sana ada masjid yang masih berdiri, dulu warga tidak robohkan sebelum bendungan penuh air," kata seorang warga lain, Andri.

Menurutnya, bukti ke dalaman bendungan lain adalah gunung yang dulunya sempat berbentuk pulau sekarang telah ditutupi air.

"Padahal gunung itu tinggi sekali, ratusan meter. Namun sekarang sudah tidak terlihat lagi," ungkapnya.


Kronologi tiga korban yang meninggal dunia tenggelam di Bendungan Ponre-ponre


1. Kepala Sekolah Bernama, M Alwi 

M Alwi merupakan Kepsek Sekolah Dasar (SD) Negeri 156 Mattampawalie, Desa Bulu Tanah, Kecamatan Lappariaja. Bermula pada Rabu (07/08/2013) saat korban bersama tiga rekannya tengah memancing di atas perahu di bendungan Ponre-ponre, Desa Ponre-ponre, Kecamatan Libureng.

Korban yang hobi memancing tetapi tidak bisa berenang akhirnya tenggelam, sementara ketiga rekannya selamat setelah berenang ke tepi bendungan.

"Rekan korban sudah berusaha menolong tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya mereka menyelamatkan diri masing-masing," terang AKP Kaharuddin, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Libureng.

Pencarian yang dilakukan tim Basarnas baru membuahkan hasil pada Sabtu pagi. Jenazah Alwi ditemukan terapung di tengah danau.

"Keluarga korban bahkan mendirikan tenda di pinggir bendungan untuk bantu kami lakukan pencarian dan baru bisa ditemukan setelah tiga hari karena airnya cukup dalam," kata Andi Sultan, anggota Basarnas Bone.

2. Pelajar Asal Maros bernama, Sulvikram (15)

Pelajar asal Kabupaten Maros, Sulvikram (15) itu ditemukan tewas tenggelam di Bendungan Ponre-ponre, Kabupaten Bone, Kamis (26/12/2019) pagi. Korban pamit ke keluarga untuk pergi memancing guna mengisi liburan sekolah. Namun dirinya tenggelam saat perahu terbalik.

Butuh tiga hari hingga akhirnya Tim SAR Gabungan menemukan jasad Sulvikram. Korban dilaporkan tenggelam sejak Senin (23/12/2019) malam.

"Sudah ditemukan dan dievakuasi oleh tim Kamis pagi tadi," kata Kepala Basarnas Bone, Andi Sultan, di kawasan bendungan yang merupakan objek wisata tersebut

Menurut Sultan, korban ditemukan tidak jauh dari tempatnya tenggelam, sekitar 10 meter. Setelah dievakuasi, jenazah remaja sekolah tingkat SMA itu dibawa ke rumah duka di Kabupaten Maros.

"Ambulans dari Maros memang sudah stand by dari semalam (Rabu malam)," ujar dia.

Sulvikram merupakan warga Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Dia pamit kepada keluarga untuk pergi ke bendungan tersebut mengisi liburan sekolah bersama empat orang temannya.

3. Pemuda asal Lappa Talejje bernama, Akmal Bin Jamal (18)

Akmal merupakan warga asal Dusun Lappa Talejje, Desa Tompobulu, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone.

Berangkat dari rumahnya bersama empat rekannya untuk memancing. Akmal nekat berenang untuk menyebrangi anak sungai bendungan Ponre-ponre.

Rekannya sempat mengingatkan untuk tidak berenang. Namun, korban mengatakan dirinya mampu menyebrangi sungai bahkan lebih luas dari bendungan.

"Sempat diingatkan bahwa tempat itu angker. Cuman korban masih saja nekat, dan akhirnya kelelahan di tengah sungai dan kelihatan seperti ada yang tarik kakinya," kata warga, Bur.

Kapolsek Libureng AKP Hajriadi mengatakan korban ditemukan beberapa jam pasca tenggelam.

"Korban ditemukan oleh warga dalam keadaan meninggal dunia dan telah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan," kata mantan Kapolsek Mallawa ini. (*)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ulasan Lengkap Bendungan Ponre-ponre Bone: Sajikan Pemandangan Indah dan Sisi Mistis Menelan Tiga Tumbal
« Prev Next »

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }