TIMURKOTA.COM, NTT-
Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada karyawan swasta. Kalangan bisnis lendir di Nusa Tenggara Timur (NTT) pun terpaksa gulung tikar akibat pria hidung belang kebanyakan mengisolasi diri di rumah bersama keluarga.
Seperti halnya dialami seorang wanita penerima jasa peras keringat di atas ranjang, Melati (bukan nama sebenarnya,). Wanita 38 tahun itu mengaku semenjak Pandemi Covid-19 pria hidung belakang yang menjadi langganannya satu persatu menghilang.
Menurutnya, dengan tidak adanya pelanggan maka secara otomatis pendapatan pun turun drastis. Bahkan terkadang dirinya tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Terkadang buat makan sehari-hari saja, kami manfaatkan buah pisang mentah untuk direbus lalu dimakan. Untuk sekadar menahan lapar,"ujar Melati.
Jumat (22/5/2020).
Melati mengatakan, sebagai tulang punggung keluarga di Jawa. Dirinya mesti mengirimkan uang rutin setiap bulan. Selain itu, biaya indekos, dan kebutuhan hidup sehari-hari mesti ditutupi.
"Ada utang juga harus dilunasi," tambahnya.
Rekan Melati mengaku, semenjak virus corona. Dirinya sudah tak menerima langganan dengan alasan takut tertular virus.
"Terkadang ada yang datang namun saya tolak karena bahaya juga jangan sampai tertular virus," ungkapnya.
Para PSK ini berharap ada bantuan dari pemerintah sehingga mereka dapat melewati Pandemi Covid-19 tanpa harus memaksakan diri bekerja.
(rill/as)
Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada karyawan swasta. Kalangan bisnis lendir di Nusa Tenggara Timur (NTT) pun terpaksa gulung tikar akibat pria hidung belang kebanyakan mengisolasi diri di rumah bersama keluarga.
Seperti halnya dialami seorang wanita penerima jasa peras keringat di atas ranjang, Melati (bukan nama sebenarnya,). Wanita 38 tahun itu mengaku semenjak Pandemi Covid-19 pria hidung belakang yang menjadi langganannya satu persatu menghilang.
Menurutnya, dengan tidak adanya pelanggan maka secara otomatis pendapatan pun turun drastis. Bahkan terkadang dirinya tak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Terkadang buat makan sehari-hari saja, kami manfaatkan buah pisang mentah untuk direbus lalu dimakan. Untuk sekadar menahan lapar,"ujar Melati.
Jumat (22/5/2020).
Melati mengatakan, sebagai tulang punggung keluarga di Jawa. Dirinya mesti mengirimkan uang rutin setiap bulan. Selain itu, biaya indekos, dan kebutuhan hidup sehari-hari mesti ditutupi.
"Ada utang juga harus dilunasi," tambahnya.
Rekan Melati mengaku, semenjak virus corona. Dirinya sudah tak menerima langganan dengan alasan takut tertular virus.
"Terkadang ada yang datang namun saya tolak karena bahaya juga jangan sampai tertular virus," ungkapnya.
Para PSK ini berharap ada bantuan dari pemerintah sehingga mereka dapat melewati Pandemi Covid-19 tanpa harus memaksakan diri bekerja.
(rill/as)