Iklan

Kehadiran Seremonial Wakil Bupati Bone di UNSIMA: Antara Simbolisme Pemerintahan dan Krisis Responsibilitas Publik

tim redaksi timurkotacom
Senin, Oktober 27, 2025 | 2:49 PM WIB Last Updated 2025-10-27T08:48:38Z

Try Ardiansyah

TIMURKOTA.COM, BONE — Pemerintah Kabupaten Bone melalui Wakil Bupati Andi Akmal Pasluddin melakukan peletakan batu pertama pembangunan Laboratorium Terbuka Universitas Sipatokkong Mambo (UNSIMA), Senin (27/10/2025).

Acara yang turut dihadiri oleh Ketua Yayasan UNSIMA Dr. H. Mustar, A.Per.Pen., M.Kes., Rektor Dr. Hj. Hasnidar, S.ST., M.Kes., serta sejumlah pejabat akademik tersebut dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat infrastruktur riset dan pendidikan tinggi di daerah.

Namun di tengah nuansa seremonial itu, muncul kritik tajam dari kalangan aktivis muda yang menilai bahwa kehadiran simbolik pemerintah dalam kegiatan seremonial pendidikan belum sepenuhnya merepresentasikan tanggung jawab moral dan politik terhadap aspirasi rakyat.

Aktivis muda Bone, Try Ardiansyah, menyatakan bahwa selama masa kepemimpinan saat ini, Wakil Bupati Bone nyaris absen dalam merespons dinamika sosial, terutama aksi-aksi demonstrasi mahasiswa yang menuntut transparansi dan akuntabilitas kebijakan publik.

“Hadir di panggung seremoni tetapi absen di panggung aspirasi menunjukkan adanya paradoks etika pemerintahan. Seremonial boleh membangun citra, tetapi partisipasi rakyatlah yang membangun kepercayaan,” tegasnya.

Fenomena ini dapat dibaca sebagai bentuk defisit komunikasi politik antara pemerintah daerah dan masyarakat sipil. 

Dalam perspektif tata kelola publik (public governance), partisipasi dan keterbukaan terhadap kritik merupakan indikator utama dari pemerintahan yang responsif dan berintegritas. 

Ketika pejabat publik lebih sering hadir dalam acara seremoni ketimbang forum aspirasi, maka yang terjadi bukan penguatan legitimasi, melainkan pelemahan moralitas politik.

Pembangunan laboratorium di UNSIMA tentu patut diapresiasi sebagai upaya peningkatan kapasitas akademik dan riset daerah. 

Namun tanpa disertai kesediaan pemerintah untuk mendengar, berdialog, dan mengakui kegelisahan masyarakat, pembangunan itu berisiko menjadi sekadar ornamen simbolik yang kehilangan ruh sosialnya.

Dalam konteks sosiologis, pembangunan fisik tanpa pembangunan keadilan aspiratif hanya akan melahirkan.

“Kampus megah di tengah sunyi suara rakyat.” (*)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kehadiran Seremonial Wakil Bupati Bone di UNSIMA: Antara Simbolisme Pemerintahan dan Krisis Responsibilitas Publik
« Prev Next »

Jangan lupa ikuti kami di

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Trending Now

Konten Berbayar berikut dibuat dan disajikan advertiser. Wartawan timurkota.com tidak terlibat dalam aktivitas jurnalisme artikel ini.

Iklan

.entry-content { line-height: 1.4em; }